This is not Scam Alias Bukan Jebakan Batman
Search This Blog
Rabu, 08 Juni 2011
IBD Translate
Do you like this story?
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 The Theory
II.1.1 Pengertian
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul "Social Stratification" mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
II.1.2 Basics of Theory
This is four theory describe below:
1. kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan mahasantri ma'had ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
2. Kekuasaan dan Wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
?
3. Kehormatan/Prestise
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.
4. Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik
II.1.3 Theory of Social Stratification
Weber membagi banyak dari konsep konsep kunci tentangstratifikasi sosial dengan memeriksa struktur sosial Jerman. Diaberkata bahwa bertentangan dengan teori Marx, stratifikasididasarkan pada lebih dari sekedar kepemilikan modal. Webermemeriksa berapa banyak anggota bangsawan yang tidak memiliki kekayaan ekonomi namun memiliki kekuatan politik yangkuat. Banyak keluarga kaya tidak memiliki prestise dan kekuasaan, misalnya, karena mereka Yahudi. Weber lalu membuat teori dan akhirnya memperkenalkan tiga faktor independen yang membentukteorinya tentang hirarki stratifikasi, kelas, status, dan kekuasaan
Kelas: posisi ekonomi seseorang dalam masyarakat. Weberberbeda dari Marx bahwa ia tidak melihat ini sebagai faktor tertinggi dalam stratifikasi. Weber mencatat bagaimana para manajer perusahaan atau perusahaan industri kontrol merekatidak sendiri; Marx akan menempatkan orang seperti di proletariat.
Status: prestise seseorang, kehormatan sosial, atau popularitas dimasyarakat. Weber mencatat bahwa kekuasaan politik tidak berakar pada nilai modal semata, tetapi juga dalam status individu seseorang. Penyair atau orang-orang kudus, misalnya, dapatmemiliki pengaruh besar terhadap masyarakat dengan seringbernilai ekonomi kecil.
Power: kemampuan seseorang untuk mendapatkan jalan merekameskipun perlawanan orang lain. Sebagai contoh, individu dalam pekerjaan negara, seperti sebagai pegawai Biro Investigasi Federal, atau anggota Kongres Amerika Serikat, dapat memegang harta sedikit atau status tetapi mereka masih memegang kekuasaan besar.
II.2 Analyses of Theory (Social Stratification in MSAA)
II.2.1 According to Basics of Theory
1. Kelas Kekayaan
Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain benda-benda tersier yang dimilikinya seperti modem, laptop, hp, dan lain sebagainya yg bermerek maupun yang tidak bermerek, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja. Seperti halnya juga cara makan mereka. Seperti dimana mereka makan (restoran, kantin dekat ma'had, warteg, pujasera, dan sebagainya) serta lauk pauk yang mereka makan. Intinya yaitu gaya hidup yang berbeda yang menyebabkan kelas-kelas tersebut.
2. Kelas Kekuasaan dan Wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan. Bisa juga karena ilmu pengetahuan dan jabatan yang mereka pegang. Contohnya musrif, mu'alim, murabi', yang menyebabkan terjadinya stratifikasi (karena tidak bergaul). Atau mungkin mereka merasa bahwa merekalah yang paling tahu tentang sesuatu, sehingga mereka merendahkan bawahan mereka.
3. Kelas Kehormatan/Prestise
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Sebenarnya, kelas kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur. Seperti anak seorang kyai yang biasa dipanggil dengan panggilan "Gus" atau "Neng". Juga sama halnya dengan pelajar dari program beasiswa dari luar negeri yang mendapatkan perlakuan khusus dari pihak ma'had, seperti memperbolehkan membawa sepeda motor masuk ke area ma'had, sedangkan mahasiswa domestic tidak diperbolehkan. Bahkan, jika nekat melakukannya, maka akan diambil busi motornya.
4. Kelas Ilmu Pengetahuan
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik. Atau profesi yang disandang oleh seseorang, seperti musrif, murabi', mu'alim dan lain-lain. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh sesuatu (gengsi, kekuasaan, pacar, ijazah, dan lain sebagainya).
II.2.2 According to Theory of Weber
II.2.3 According to Theory of Our Grup (observation)
Pada bagian ini, sebelum kita pergi ke stratifikasi sosial, khususnya kita, sharus tahu tentang proses stratifikasi sosial. Biasanya, stratifikasisosial diawali dengan orang-orang yang berada pada tingkat ekonomi dan budaya yang sama, hanya beberapa orang jauh lebih kaya atau kurang kaya daripada yang lain.
Dengan berjalannya waktu, kekayaan dan status mulai berkonsentrasi di sekitar sejumlah kecil dari populasi. Sebagai kekayaan yang berkonsentrasi lebih, kantong orang dengan kekayaan kurang mengembangkan, atau kekayaan mungkin hanya bergerak lebih dan lebih ke konsentrasi sampai terlihat tidak seimbang antara kaya dan miskin. Sebagai orang yang tersebar lebih dari satu sama lain ekonomi, kelas diciptakan. Ketika kesenjangan fisik yang ditambahkan, keretakan budaya antara kelas datang ke dalam keberadaan, contoh sebagai persepsi-santun, "berbudaya"perilaku orang-orang kaya versus ketus itu, "perilaku" beradaborang miskin. Dengan membagi budaya, kemungkinan untuk kelasuntuk berbaur menjadi kurang dan kurang mungkin, serta berbagai mitos menjadi lebih dan lebih umum di antara mereka (yaitu "sisiyang salah dari rel kereta api"). Kelas bawah lebih kehilanganpengaruh dan kekayaan sebagai mempengaruhi kelas atas lebih banyak keuntungan dan kekayaan, selanjutnya membagi kelasdari satu sama lain.
1. Kelas Asal Sekolah
Dalam pertemanan pada awal-awal mahasiswa baru, biasanya cenderung berteman akrab dengan teman satu sekolah. Alasan logisnya adalah, karena satu sekolah jadi setidaknya satu sama lain sudah saling mengenal. Jadi tidak perlu lagi untuk beradaptasi bagaimana memulai hubungan pertemanan, sebab sudah terikat dalam satu almamater dan persamaan "budaya" pergaulan. Lain halnya dengan teman yang lain sekolah, untuk proses pertemanan terlebih dahulu harus mengenal karakteristik masing-masing agar satu sama lain menemukan titik persamaan sehingga dapat saling akrab.
2. Kelas Hobby atau Kegemaran
Kesamaan hobby atau kegemaran akan suatu hal bisa membuat hubungan awal pertemanan menjadi lebih mudah. Hal ini disebabkan, kesamaan hobby merupakan "sarana" efektif untuk memulai pembicaraan terhadap teman baru. Dengan adanya kesamaan tersebut, pembicaraan awal menjadi lebih mudah dan "cair". Pada tahap selanjutnya, sebagai konsekuensi dari kesamaan hobby, yaitu timbul semangat kebersamaan untuk mencari apa yang mereka gemari. Contoh: mahasiswa yang mempunyai hobby komik, maka pada awal-awal pertemanan, hal pertama untuk memulai awal pembicaraan ialah tidak jauh-jauh seputar "dunia" komik. Kemudian dilanjutkan dengan pergi bersama-sama ke suatu tempat untuk mencari komik yang mereka sukai.
3. Kelas Primordial
Mahasiswa baru yang berasal dari latar belakang primordial atau daerah yang sama, akan mempermudah dalam melakukan interaksi pertemanan. Disamping adanya kesamaan dialek, dari segi "budaya" pergaulan pun menunjukkan kecenderungan yang sama. Langkah ini dilakukan mahasiswa baru untuk menghindari "culture shock" akibat berada pada lingkungan yang baru dan sama sekali berbeda. Kecenderungan untuk lebih dekat dengan teman sesama daerah juga berfungsi untuk menyiapkan diri dan juga adaptasi-adaptasi selanjutnya. dalam menghadapi lingkungan baru. Gambaran yang nampak dijumpai pada mahasiswa baru yang berasal dari daerah adalah sedikit pemalu, pendiam, atau mungkin agak minder. Sebenarnya ini adalah mekanisme untuk mempelajari dan memonitoring lingkungan setempat agar tepat dalam bertindak maupun bersikap.
4. Kelas Seperjuangan
Biasanya ketika menjadi mahasiswa baru, tidak bisa tidak mereka terlebih dahulu "diuji" oleh mahasiswa senior untuk mengikuti peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata tertib ini harus dipatuhi mahasiswa baru demi kebaikan mereka sendiri, terutama dalam mengenal dan memahami lingkungan baru yang mereka tempati. Contoh konkretnya adalah kegiatan OPAK dan Diklat yang diadakan oleh himpunan mahasiswa jurusan(HMJ), dan organisasi-organisasi lain yang terhimpun dalam kegiatan intra maupun ekstra di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam kegiatan OPAK adalah kegiatan orientasi atau ta'aruf sbagaimana di universitas lain dikenal dengan nama OSPEK, dimana dalam OPAK UIN Maulana Malik Ibrahim tahun 2010 ini ada tata cara dan aturan main tersendiri yang sudah dibuat sedemikian rupa agar mahasiswa baru terbentuk semangat solidaritas kebersamaan serta membentuk empati mereka dimasyarakat. Misalnya saja dalam aturan sarasehan terdapat kesepakatan untuk membuat buku angkatan dimana dalam proses pembuatan buku tersebut melibatkan ide-ide serta tangan kreatif dikalangan mahasiswa baru.
Disamping itu, buku angkatan juga berfungsi untuk saling mengenal antar sesama angkatan dan juga angkatan senior, karena di buku tersebut ada "mekanisme" tanda tangan. Tanda tangan itu bisa mereka (mahasiswa baru) peroleh ketika mereka harus mengenal dan mengobrol dengan angkatan senior. Dengan demikian interaksi dan sosialisasi akan terbentuk antar angkatan baru dan angkatan senior. Dari sekilas gambaran diatas diperoleh bahwa sarasehan merupakan salah satu faktor cepatnya interaksi pertemanan di kalangan mahasiswa baru dan penggolongan baru. Sarasehan bisa disebut sebagai bagian dari "perjuangan bersama" agar dilaksanakan dan dinikmati dengan penuh kesungguhan, sehingga substansi dan esensinya untuk membentuk solidaritas bersama dapat diperoleh.
II.3 Hambatan
Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk percaya bahwa etnis atau budaya kelompok satu adalah pusat penting, dan bahwa semua kelompok lain diukur dalam hubungannya dengan satu sendiri. Individu etnosentris akan menilai kelompok lain relatif terhadap etnis tertentu sendiri atau kelompoknya nya atau budaya, terutama dengan perhatian untuk bahasa , perilaku, adat istiadat, dan agama . Perbedaan etnis dan sub-divisi berfungsi untuk mendefinisikan setiap etnis 's unik identitas budaya
Terjadinya persaingan sosial antar mahasiswa yang meliputi paradigma, madzab, organisasi dan unsur-unsur keilmuan lain yang menyinggung perbedaan sudut pandang dan intelektual serta emosional
This post was written by: Taufiq A Simon
Taufiq Simon is a professional blogger, web designer and Windows user. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “IBD Translate”
Posting Komentar
Silahkan berkomentar untuk entri artikel di blog making duit.