This is not Scam Alias Bukan Jebakan Batman

Komisi Gratis | Bisnis Online Tanpa Modal

Search This Blog

Selasa, 14 Desember 2010

Mongolia


BAB I
PENDAHULUAN

 

 
  1. Latar Belakang
    Sesungguhnya invansi pasukan mongol terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedy besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya didahului dengan perang salib, sesungguhnya perang salib tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invansi pasukan mongol. Betapapun banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluaruhan perang salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah korban perang dari kalangan kaum muslimin pada satu perang diantara sekian banyaknya perang yang dilancarkan pasukan Mongol secara brutal dan sadis tersebut. Kaum muslimin mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern, namun penghancuran oleh para penjajah di seluruh negeri tidak sebanding dengan penghancuran oleh pasukan Mongol terhadap satu kota saja Bagdad misalnya.
    Barangkali manusia tidak pernah melihat pembantaian, pembunuhan dan penghancuran yang sadis dan kejam dalam sejarahnya, kecuali pembantaian di akhir perjalanan dunia nanti oleh Ya'juj dan Ma'juj. Dajjal saja tidak membunuh pengikutnya dan hanya, membunuh para penentangnya. Sedangkan mereka bangsa Mongol tersebut tidak menyisahkan seorang pun, semuanya dibabat habis. Tidak ada pengecualian antara laki-laki, wanita dan anak-anak. Mereka belah perut wanita- wanita hamil kemudian membunuh bayi-bayinya. Invasi pasukan mongol berimbas pada perubahan social, moralitas dan politik terhadap negeri-negeri Islam. Sebagaimana invansi pasukan Mongol mengakibatkan dampak negative dalam masyarakat Islam, disamping itu juga mengakibatkan dampak positif bagi ummat Islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan dan membuang jauh-jauh perpecahan.
    Jikalau ditelusuri historisnya, umat Islam pada waktu itu tersebar dimana- mana dari jazirah Arab sampai Eropa dibawah naungan Negara-negara Islamiyah, yang sudah barang tentu system pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal, disamping itu pula, peradapan dan ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini semunya menandakan bahwa pada waktu itu ilmuwan dan cendekiawan muslim mulai banyak seperti Ibnu Taimiyah. Akan tetapi ironis sekali bilamana Negara Islam tatkala itu dikikis habis oleh Negara Mongol, bagaikan debu yang ada di atas batu licin yang diterpa angin yang kencang. Atas dasar pertimbangan itulah, penulis akan mencoba menguak dan menelusuri sebab-musabab keberhasilan Mongol menguasai Negara Islam dan termasuk menghancurkan Bagdad. Sebagai sentral umat Islam pada waktu itu, disamping itu pula, saya akan menggali sejarah sebab hancurnya Negara-negara Islam.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     
    BAB II
    PEMBAHASAN

     

     
  2. Definisi
    Definisi sempit meliputi Mongol yang tepat, yang dapat dibagi menjadi Mongol timur, dan Mongol barat. Dalam arti yang lebih luas, orang-orang Mongol mencakup semua orang yang berbicara bahasa Mongolic, seperti Kalmyks dari Eropa Timur.
    Nama "Mongol", muncul pertama kali dalam catatan abad ke-8 dari dinasti Tang Cina sebagai suku Shiwei, tapi hanya muncul kembali pada abad ke-11 akhir selama pemerintahan Khitan. Setelah jatuhnya Dinasti Liao tahun 1125, bangsa Mongol menjadi suku padang terkemuka. Namun, perang mereka dengan Dinasti Jin, dan Tatar mereka sangat lemah. Pada abad ke-13, tumbuh menjadi istilah payung untuk kelompok besar Mongolic dan suku Turki bersatu di bawah kekuasaan Genghis Khan.

     
  3. Sejarah Mongolia dan Mongol sebelum Jenghis Khan
    Berdasarkan teks sejarah Cina nenek moyang bangsa-bangsa Mongol dapat ditelusuri kembali ke Donghu, sebuah konfederasi nomaden Mongolia dan Manchuria menduduki timur. Identitas Xiongnu masih hari ini diperdebatkan. Meskipun beberapa sarjana mempertahankan bahwa mereka proto-Mongol, fakta bahwa sejarah Cina jejak suku-suku Turki tertentu dari Xiongnu mempersulit masalah ini. Donghu, bagaimanapun, bisa jauh lebih mudah berlabel proto-Mongol sejak sejarah Cina secara eksklusif jejak semua Mongolic suku berikutnya dan kerajaan (terutama Xianbei orang) dari mereka, meskipun beberapa teks sejarah klaim keturunan Xiongnu-Donghu diramu untuk beberapa suku (misalnya Khitan). Perpecahan Donghu ke Xianbei dan Wuhuan setelah kekalahan mereka dengan MODU Chanyu. Tadun Khan dari Wuhuan (meninggal 207 AD) adalah nenek moyang proto-Mongolic Kumo Xi. Pada 49 AD Mongolic Xianbei penguasa Bianhe menyerang dan mengalahkan Xiongnu (2000 dibunuh) setelah menerima hadiah yang murah hati dari Kaisar Guangwu dari han. The Xianbei mencapai puncak mereka di bawah Tanshihuai Khan (memerintah 156-181) yang memperluas negara, luas, tapi pendek tinggal Xianbei. Lokasi Xianbei dan bangsa-bangsa lain di padang 300 Masehi.
    Tiga kelompok proto-Mongol terkemuka split dari Xianbei, sebagaimana dicatat oleh sejarah Cina: yang Rouran (diklaim oleh beberapa orang sebagai Avar), yang Khitan dan Shiwei (sub-suku disebut "Shiwei Menggu" yang dianggap asal Mongol Genghisid). Selain itu tiga kelompok Xianbei, ada kelompok-kelompok lain Xianbei dengan afiliasi Mongolic seperti suku Murong, Duan () dan Tuoba. budaya mereka pada dasarnya nomaden, agama mereka Shamanisme atau Buddhisme dan kekuatan militer mereka tangguh.
    Masih belum ada bukti langsung bahwa Rouran berbicara bahasa Mongolic, meskipun kebanyakan sarjana setuju bahwa mereka proto-Mongolic. The Khitan, bagaimanapun, memiliki dua skrip kata-kata sendiri dan banyak mereka jelas Mongolic ditemukan dalam setengah mereka diuraikan tulisan-tulisan yang biasanya ditemukan dengan teks Cina paralel (misalnya, Nair = matahari, Logout = bulan, tau = lima, Jau = ratus, mr im.a = kuda, = kambing, nq = anjing, m.ng = perak , ju.un = musim panas, n.am.ur = musim gugur, u.ul = musim dingin, heu.ur = musim semi, tau.la = kelinci, tqa = ayam dan MgO = ular). Tidak diragukan lagi umumnya tentang Khitan proto menjadi-Mongol.
    Asia di 500 AD, menunjukkan Kekaisaran Rouran dan tetangganya.
    Secara geografis, Xianbei Tuoba memerintah Mongolia dan China utara, Rouran (Yujiulu Shelun adalah yang pertama untuk menggunakan judul Khagan di 402) Luar memerintah Mongolia, Khitan terkonsentrasi di utara Manchuria Selatan Korea dan Shiwei yang terletak di sebelah utara Khitan itu. Suku-suku dan kerajaan segera dibayangi oleh kebangkitan-Gok Turki di 555, orang Uyghur di 745 dan Kirghizs Yenisei di 840. Para Tuoba akhirnya diserap ke Cina. The Rouran lari ke barat dari-Gok Turki dan baik menghilang ke dalam ketidakjelasan atau, seperti sebagian orang, menyerbu Eropa sebagai Avar. Para Khitan, yang praktis independen setelah pemisahan mereka dari proto-Mongol Kumo Xi (asal Wuhuan) pada 388 AD, terus sebagai kekuatan kecil di Manchuria sampai salah satu dari mereka, Abaoji (872-926), mendirikan Dinasti Liao Khitan (907-1125 M). The Khitan lari ke barat setelah kekalahan mereka oleh Jurchen Tungus (kemudian dikenal sebagai Manchu) dan mendirikan Kara-Khitan atau Western dinasti Liao (1125-1218 M) di Kazakhstan bagian timur. Pada 1218 Genghis Khan menghancurkan Kerajaan Kara-Khitan setelah itu Khitan berlalu ke dalam ketidakjelasan. Minoritas modern-hari Daurs Mongolic berbahasa di Cina adalah keturunan langsung mereka berdasarkan bukti DNA.
    The Shiwei termasuk suku yang disebut Menggu Shiwei. Bodonchir Munkhag (c. 970 AD) pendiri Rumah Borjigin dan nenek moyang Genghis Khan dianggap diturunkan dari Menggu Shiwei. Keterlibatan historis mencatat pertama dari Mongol Shiwei dalam urusan asing dari 1130-an ketika ada hubungan timbal balik bermusuhan antara khan berturut-turut konfederasi Mongol Khamag (Qaidu I, Khabul Khan dan Ambaghai) dan kaisar dari dinasti Jin, rincian yang terutama tercatat di Sejarah Rahasia Mongol.
    Dengan perluasan Kekaisaran Mongol, bangsa Mongol menetap hampir di seluruh Eurasia dan dilaksanakan pada kampanye militer dari Laut Adriatik ke Jawa dan dari Jepang ke Palestina. Mongol secara simultan menjadi Tsars dari Rusia, Padishahs Persia, Kaisar Cina, Great Khan Mongolia dan satu Mongol bahkan menjadi Sultan Mesir (Al-Adil Kitbugha). Bangsa Mongol dari Golden Horde didirikan sendiri untuk memerintah Rusia dengan 1240. Pada 1279, bangsa Mongol menaklukkan Dinasti Song dan membawa seluruh Cina di bawah kendali Mongol. Dengan pecahnya Kekaisaran,. Tersebar Mongol cepat mengadopsi banyak budaya Turki sekitar mereka dan mendapat berasimilasi, membentuk bagian dari Tatar (tidak bingung dengan sebuah suku di Mongolia kuno), Uzbek, Kazakh, Yugurs dan Moghuls; Persianization linguistik dan budaya juga mulai menonjol di wilayah tersebut. Namun, sebagian besar Mongol kembali ke Mongolia, mempertahankan bahasa dan budaya. Setelah jatuhnya Dinasti Yuan di 1368 bangsa Mongol didirikan rezim independen mereka sebagai Yuan Utara. Namun, Mongol Oirads atau Barat mulai menantang Mongol Timur di bawah monarki Borjigin pada akhir abad 14.
    Sekarang Khalkha Mongol dan Inner Mongolia yang paling menonjol dari Mongol yang tersisa Timur sedangkan Kalmyks (sebelumnya Oirats) di Eropa adalah keturunan utama dari Mongol Barat. Para Khalkha muncul selama pemerintahan Dayan Khan (1464-1543) sebagai salah satu dari enam tumens dari Mongol Timur. Mereka cepat menjadi klan Mongol yang dominan di Luar Mongolia. .

     
  4. Bahasa
    Asal spesifik dari bahasa Mongolic dan suku yang terkait tidak jelas. Beberapa peneliti telah mengusulkan link ke bahasa-bahasa seperti Tungus dan Turki, yang sering disertakan bersama Mongolic dalam kelompok hipotesis yang disebut bahasa Altai, namun pengelompokan ini kontroversial.

     
  5. Agama Bangsa Mongol
    Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam.
    Jengis Khan juga menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. Disamping itu juga, Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai konsekwensinya, rakyat Mongol harus menghormati rajanya tentara yang mau perperang harus diinspeksi terlebih dahulu dan perempuan harus siap membayar pajak jika lelakinya pergi berperang, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang kerajaanya, ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama dan mencegah terjadinya perbedaan dalam agama. Ternyata Jengis Khan ingin mengambil hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompoknya, dan menghormati Nabi SAW, yang ketika itu Islam sudah meluas hingga ke wilayahnya, guna menghadapi tantangan dan meluaskan wilyah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam.

     
  6. Karakteristik Fisik
    Dalam hal karakteristik fisik, Mongol menunjukkan berbagai fitur, dengan fitur Mongoloid khas yang paling terlihat. Epicanthic lipatan mata ada di hampir semua Mongol bersama dengan tulang pipi tinggi dan diucapkan. Sebagian besar Mongol memiliki rambut hitam dan mata coklat, meskipun sejumlah tertentu dari Mongol, terutama di Mongolia barat cenderung menunjukkan ciri-ciri lebih ringan seperti kulit putih, mata biru atau hijau, cahaya untuk rambut pirang / coklat dan kadang-kadang bahkan merah gelap. Kecenderungan ini lebih umum ke dalam penduduk Uyghur, dengan juga pengenalan campuran Caucasoid, mungkin karena kehadiran sejarah masyarakat Iran dan Tocharian.

     

     

     
  7. Distribusi Geografis
    Peta ini menunjukkan batas abad ke-13 Mongol Kekaisaran dan lokasi Mongol hari ini di Mongolia, Rusia, Asia Tengah, Amerika dan Cina.
    Saat ini, orang asal Mongol hidup di Mongolia, Cina (Mongolia Dalam), Rusia, dan beberapa negara Asia lainnya pusat.
    Perbedaan antara suku-suku dan bangsa (kebangsaan) yang ditangani secara berbeda tergantung pada negara. The Chahar, Tumed, ordo, Bargut (atau Barga), Buryats, Dörböd (Dörvöd, Dörbed), Torguud, Dariganga, Üzemchin (atau Üzümchin), Bayid, Khoton, Myangad (Mingad), Zakhchin (Zakchin), Darkhad, dan Oirats (atau Öölds atau Ölöts) semua dihitung sebagai suku bangsa Mongol.

  8. Perkembangan Bangsa Mongol
    Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan wilyah ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. ia menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarazm 1219-1220, padahal sebelummnya, mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi Hadits yang termasyhur, dihancurkan, Balk, dan kota-kota lain yang mempunyai peradapan Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah di Bagdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh lawannya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khawarazm.
    Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227.8Pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa Qipchaq yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm. Namun ia meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis, dan wilayah warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan Horde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde putih di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai ke khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan, Qasimov, Tiumen, Bukhara, dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
    Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke Timur, sejak dari Transocania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Cabang barat dari keturunan Chaghatai yang bermukim di Tranxosania segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di Semirechye, Ili, T'ien Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan terhadap pengaruh Islam, tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII.
    Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy. Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka berperang melawan anak turun Chaghatay dan Qubulay Khan, hingga ia meninggal dunia tahun 1301.
    Keempat adalah Tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang ber ibu kota di Qaraqarum. Sedangkan Qubulay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana yang dikenal sebagai dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian digantikan dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan- Khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulako Khan,9 saudara Mongke Khan dan Qubulay Khan, yang menyerang wilayah- wilayah Islam sampai ke Bagdad.

     
  9. Serangan-serangan Mongol
    Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad ditaklukkan oleh Hulako Khan, 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasan Mongol setelah kematian Chinggis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulako Khan dapat menguasai wilayah yang
    luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad,
    ia telah menguasai pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah10 di Persia Utara, tahun 1256.
    Jatuhnya ibu kota Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah kedua, al- Mansur itu, berkaitan erat sekali dengan seseorang yang bernama Ibnu al-Qami'11 ia berhasil merayu pasukan Mongol untuk menyerang Bagdad. Pada awal tahun 656 H / 1258 M, Hulako Khan mengirimkan pasukan ke Bagdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulako Khan tiba di Baghdad. Mereka mengepung Baghdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulako dan Mu'tashim. Mu'tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim, fuqoha', orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua dibunuh oleh Hulako Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami' dan Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu timbullah wabah penyakit, lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulako mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi hingga ke Syiria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, dan Harim.
    Selanjutnya ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di 'Ain Jalut, Palestina, thun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat. Atas saran Nasiruddin at-Tusi, seorang Filosof Muslim besar. Ia membangun ovservatorium di Maragha tahun 1259.
    Hulako yang memerintah hingga thun 1265 digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian12, yakni Doqus Khatun. Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan saudara-saudaranya sendiri dari dinasti Horde keemasan (Golden Horde) yang telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Dinasti II Khaniyyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan saudara-saudaranya yang berada di Timur, terutama setelah meninggalnya Qubulay Khan tahun 1294. bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad itu karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan Khan dan keturunannya. Penguasa II Khaniyyah terakhir ialah Abu Sa'id. Ia berdamai dengan Mamluk tahun 1323, yang mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasan itu untuk merebut Syiria. Perselisihan dalam tubuh II Khaniyyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk dinasti Timuriyyah yang berpusat di Samarkand.
    Sebagian wilayah II Khaniyyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab seperti Iraq, Kurdistan dan Azebaijan, diwarisi oleh dinasti Jalayiriyah. Jalayir adalah suku Mongol yang mengikuti Hulako ketika menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Buzurg (Agung), yang dibedakan dengan Hasan Kuchuk (kecil) dari dinasti Chupaniya, musuh bubuyutannya yang memerintah sebagai Gubernur di Anatolia di bawah sultan Abu Sa'id, penguasa terakhir dinasti II Khaniyyah. Hasan Buzurg akhirnya menundukkan Chupaniyah, walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan II Khaniyah, dan memusatkan kekuasaanya di Bagdad. Dimasa Uways, pengganti Hasan Agung, Jalayiriyyah baru memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun mendapat perlawan dari dinasti Muzaffariyah dn Khan-Khan Horde keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
    Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada dikawasan budaya Arab seperti Iraq dan Syiria serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, tetapi akhirnya Mongol sendiri terserap ke dalam budaya Islam. Dapatlah kiranya disimpulkan bahwa akar budaya Islam dikawasan budaya Arab dipemerintahan bukan hanya dynasti berbangsa Arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini.
  10. Dampak Kekuasaan Mongol
    Apa dampak positif maupun negative kekuasaan Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam yang ditundukkannya ?. Dampak negative tentu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan- perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi ummat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa'id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
    Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang- orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
    Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan masuk ke agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba', dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi'ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan India serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.

     

     

     

     
  11. Masa Kemunduran (1250 -1500 M) - Bangsa Mongol
    Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu'tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagho Khan. Kota Baghdad dihancurkan rata dengan tanah, dan Hulagho Khan menancapkan kekuasaan di Banghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir.  
    Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
    Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.
    Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kamhing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya hangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
    Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan hangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
    Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan haik, Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. la herhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm, Sultan Ala al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. la digantikan oleh puteranya, Jalal al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azerbaijan: Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan sehingga tidak berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah, mesjid-mesjid dan gedung-gedung lainnya dibakar.
    Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang puteranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pemah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung serangan tentara Mongol ini, namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.
    Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah dapat menguasai Irak. la meninggal tahun 654 H/1256 M, dan digantikan oleh puteranya, Hulagu Khan.
    Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Mu'tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan. Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah. Ibn al-' Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah. "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr. putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek- kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.
    Khalifah menerima usul itu. la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Kebe- rangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirya temyata tidak benar. Mereka semua. termasuk wazir sendiri. dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini. berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut.
    Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai Euphrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik di sana menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutuz, bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya.
    Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di ' Ain Jalut. Pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.
    Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang ter1etak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demi dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir .
    Selain Teguder, Mahmud Ghazan ( 1295-1304 M), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan -sebelumnya beragama Budha, Islam meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali .
    Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. la seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastera. la amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan botani. la membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi'i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. la wafat dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut syi'ah yang ekstrem. la mendirikan kota raja Sultaniyah, dekat Zan jan. Pada masa pemerintahan Abu Sa' id ( 1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.
    BAB III
    PENUTUP

     

     
  12. Kesimpulan
    Sesungguhnya invansi pasukan Mongol terhadap Negara-negara Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya di dahului oleh perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu kota Dinasti Abbasiyah yaitu Baghdad.
    Dari sini, penulis akan menyimpulkan beberapa faktor hancurnya wilayah-
    wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah Bagdad, diantaranya adalah :
    Terjadinya perpecahan dan konflik internal kaum muslimin.
    Setiap amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa beban ketika ada suatu wilayah Islam lainya jatuh di tangan musuh.
    Kurang professional dalam mengangkat pejabat Negara, terutama dalam bidang politik dan militer.
    Kurangnya jiwa revolosioner di kalangan ummat Islam, mereka banyak terjun di dunia sufi, fiqh, dan teologi.
        Bangsa Mongolia akhirnya hancur di tangan Negara Timur Lenk
  13. Ali Mufrodi, Dr, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Ciputat : Logos Wacana
    Ilmu, 1997).
    Arthur N. Waldron, The Mongol Period History of The Muslim Word (USA :
    Markus Wiener, 1994).
    As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa' (Beirut : Dar al-Fikr, 1990)
    Badri Yatim, Dr., Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
    2000).
    David Morgan, The Mongols (Cambridge : Black Well, 1986)
    Hamka, Prof., Dr., Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, Cetakan ke IV,
    1981)
    Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh (Beirut : Dar al-Fikr, 1986)
    Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa an-Nihayah (Beirut : Dar al-Fikr, 1983)
    Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (USA : Cambridge University Press, 1988)
    Joesoef Sou'ib, Sejarah Daulat Abbasiyah III, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978)
    Nourouzzaman Shidiqi, H., Dr., MA., Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta :
    Mentari Masa, Cetakan ke II, 1989)
    Syaharastani, Milal Wa an-Nihal (Beirut : Dar al-Fikr, 1997)

     

0 Responses to “Mongolia”

Posting Komentar

Silahkan berkomentar untuk entri artikel di blog making duit.